tag:blogger.com,1999:blog-91205706600294356312024-03-13T21:09:42.599-07:00DESANOMIkatalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comBlogger18125tag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-39432384337283563422017-02-13T01:55:00.004-08:002020-07-04T19:16:31.416-07:00MENGATASI SUMBER SUMBER KEMISKINAN (1)<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidNU4finxYDS685Xtt3h_3kQhAqr-2E-uqah7838SFg6YGUBNgGSsyve9Qk_wIVhlrN9Vb5FlIyhZ3cNGKfCwFtts1ozOv10bXDNaGmZdlv9EGizx0YGgI6BMYnW_nK2EwOO4-4oBWHQTH/s1600/blogfoto1.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidNU4finxYDS685Xtt3h_3kQhAqr-2E-uqah7838SFg6YGUBNgGSsyve9Qk_wIVhlrN9Vb5FlIyhZ3cNGKfCwFtts1ozOv10bXDNaGmZdlv9EGizx0YGgI6BMYnW_nK2EwOO4-4oBWHQTH/s320/blogfoto1.jpg" width="320" /></a>
<span><a name='more'></a></span></div>
<font size="3"><span style="font-family: arial;">Ukuran ketimpangan yang selama ini digunakan, indeks gini, sedikit membaik
secara nasional. Rilis BPS menyebutkan angka 0.39 untuk tahun 2016, sedangkan
angka tahun 2015 adalah 0,41. Indikator ini sedikit menyenangkan, tetapi masih
tidak menenangkan bagi banyak kalangan. Pasalnya terdapat data yang
menyesakkan kalau 20% penduduk kaya menikmati lebih besar pertumbuhan ekonomi.
Tidak hanya ukuran ketimpangan, tingkat kemiskinan dilaporkan mengalami
penurunan. Namun penurunan ini masih menghadapi kondisi yang miris, terkait
dengan tingkat keparahan antar kelompok penduduk miskin. Tingkat keparahan
penduduk miskin semakin meningkat. Selain itu, fenomena kemiskinan pedesaan
yang ada masih menjadi karakter kemiskinan nasional. Selain itu, ketimpangan
kemiskinan antar daerah tidak dapat diabaikan begitu saja, dan di atasi semata
mata dengan program-program reguler. Lebih spesifik, ketimpangan spasial antar
daerah sudah seyogyanya dicermati sampai tingkat desa. Justeru pada ruang
(spasial) yang lebih mikro (desa) langkah langkah mengatasi kemiskinan dan
ketimpangan menjadi “jalan” untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
negara bangsa ini.
</span></font></div><font size="3"><span style="font-family: arial;">
</span></font><div style="text-align: justify;">
<font size="3"><span style="font-family: arial;"><u><br /></u></span></font>
</div><font size="3"><span style="font-family: arial;">
</span></font><div style="text-align: justify;"><font size="3"><span style="font-family: arial;"><u>“Pil” Anti Kemiskinan</u> </span></font></div><font size="3"><span style="font-family: arial;">
</span></font><div style="text-align: justify;"><font size="3"><span style="font-family: arial;">
Membuka awal tahun, Presiden Jokowi setidaknya memberikan arahan yang
tegas dan jelas untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan itu. Pertama,
memperluas akses terhadap lahan, Kedua, memperluas akses kesempatan, seperti
modal/kredit, dan Ketiga, meningkatkan kapasitas individu dan rumah tangga
terhadap pengetahuan dan skill/ketrampilan. Lahan, modal dan kualitas individu
dan rumah tangga menjadi kata kunci sebagai input intervensi kebijakan
kementerian/lembaga.
</span></font></div><font size="3"><span style="font-family: arial;">
</span></font><div style="text-align: justify;">
<font size="3"><span style="font-family: arial;"><br /></span></font>
</div><font size="3"><span style="font-family: arial;">
</span></font><div style="text-align: justify;"><font size="3"><span style="font-family: arial;">
Sebagai kata kunci kebijakan, tentu saja diperlukan penjabaran yang
implementatif (operasional) oleh birokrasi pemerintah. Penjabaran untuk
mengatur diwujudkan dalam regulasi (peraturan), sedangkan penjabaran langsung
berupa rancangan kegiatan yang tersistematika dalam program-program. Ini yang
dimaksud dengan money follow program. Sistematika program-program untuk
mengatasi ketimpangan, bersama sama program untuk memacu pertumbuhan ekonomi,
diharapkan mampu mengatasi kemiskinan.
</span></font></div><font size="3"><span style="font-family: arial;">
</span></font><div style="text-align: justify;">
<font size="3"><span style="font-family: arial;"><br /></span></font>
</div><font size="3"><span style="font-family: arial;">
</span></font><div style="text-align: justify;"><font size="3"><span style="font-family: arial;">
Tentu saja kemiskinan bukanlah perkara mudah untuk diatasi ketika
diterjemahkan ke dalam ranah kebijakan. Memperluas akses terhadap tanah atau
lahan, misalnya, sudah menjadi isu yang lama dibicarakan, dan bahkan
dirumuskan. Tetapi mengapa isu itu terus berlanjut?
</span></font></div>
katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-82733851822196841132016-08-08T17:49:00.001-07:002016-08-08T17:50:39.414-07:00Sistim Ekonomi Kerakyatan<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "cambria" , "serif"; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">EKONOMI KERAKYATAN</span></b><span style="font-family: "cambria" , "serif"; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">
adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan rakyat, sedangkan <b>Ekonomi Rakyat</b> adalah kegiatan ekonomi
yang dilakukan oleh rakyat yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya apa
saja yang dapat dikuasasinya setempat, dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya dan keluarganya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "cambria" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "cambria" , serif;">Arah
kebijakan pengembangan sistim ekonomi kerakyatan yang mewujudkan </span><b style="font-family: Cambria, serif;">demokrasi ekonomi</b><span style="font-family: "cambria" , serif;"> mencakup : </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
</div>
<ol>
<li><span style="font-family: "cambria" , serif; text-indent: -0.25in;">Roda kegiatan ekonomi rakyat digerakkan oleh
rangsangan ekonomi, sosial dan moral.</span></li>
<li><span style="font-family: "cambria" , serif; text-indent: -0.25in;">Mewujudkan kemerataan sosial</span></li>
<li><span style="font-family: "cambria" , serif; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal;"> </span></span><span style="font-family: "cambria" , serif; text-indent: -0.25in;">Nasionalisme
ekonomi</span></li>
<li><span style="font-family: "cambria" , serif; text-indent: -0.25in;">Koperasi menjadi
soko guru ekonomi nasional</span></li>
<li><span style="font-family: "cambria" , serif; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal;"> </span></span><span style="font-family: "cambria" , serif; text-indent: -0.25in;">Keseimbangan antara pusat dan pelaksanaanya
di daerah. </span><span style="text-indent: -0.25in;">(Mubyarto, 1997)</span></li>
</ol>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-80813296722684173612016-08-07T20:26:00.001-07:002016-08-07T20:27:31.639-07:00Wirausaha Pemula<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #4b4b4b; font-family: "cambria" , "serif"; font-size: 10.0pt;">Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) mengajukan
permohonan ke Kementerian Keuangan (Kemenkeu) agar membuka blokir tanda bintang
pada program Wirausaha Pemula (WP). Kemenkop
UKM meminta program ini kembali dilanjutkan guna mempercepat angka pertumbuhan
wirausaha di Indonesia. "Kami lagi ajukan lagi, tidak banyak tapi tetap
ada. Kami lagi usahakan ke Kemenkeu supaya dibuka tanda bintang itu, karena
bansos sudah tidak ada. Adanya bantuan pemerintah, takutnya
disalahgunakan," ujar Deputi Bidang Pengembangan SDM Kemenkop dan UKM,
Prakoso BS dalam acara Enterpreneurs Summit 2016 di gedung Smesco Jakarta, Rabu
(11/5/2016). Sampai saat ini jumlah wirausaha di Tanah Air telah mencapai 1,6
persen dari target dua persen akhir tahun ini.<o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #4b4b4b; font-family: "cambria" , "serif"; font-size: 10.0pt;">Sebagaimana teori sosiolog David Mc Clelland yang menyebutkan
suatu bangsa akan maju dan sejahtera bila minimal 2 persen jumlah penduduknya
adalah wirausaha. Untuk Indonesia jumlah ideal wirausaha 2 persen dari penduduk
Indonesia berarti dibutuhkan 4,6 juta wirausaha dari 231,83 juta jiwa untuk
membangun perekonomian negara. <o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #4b4b4b; font-family: "cambria" , "serif"; font-size: 10.0pt;">Sejumlah negara maju telah membuktikan teori itu, misalnya saja
AS maju berkat jumlah wirausaha yang mencapai 11,5-12 persen, Singapura 7
persen, Tiongkok dan Jepang sebesar 10 persen. "Setelah sensus ekonomi
tahun ini kami harapkan kita bisa mencapai 2 persen untuk angka wirausaha.
Mudahan-mudahan itu bisa dimanfaatkan," kata Prakoso. <o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #4b4b4b; font-family: "cambria" , "serif"; font-size: 10.0pt;">Dengan itu WP dianggap sebagai salah satu solusi yang bisa
dilakukan. Tahun lalu atau sebelum diberi tanda bintang, pihaknya telah
menyalurkan dana WP sebesar Rp 96 miliar dari sebelumnya Rp 60 sampai Rp 70
miliar. Dana itu disebar di 34 provinsi melalui DAK. "Kami sebar ke
seluruh provinsi, kami berikan plafon, biasanya melakukan seleksi dan mereka
diminta untuk membuat bisnis plan. Kami bekerja sama dengan Bank Mandiri,
maksimal Rp 25 juta per orang," jelas dia. Meski dana bantuan sosial sudah
ditiadakan, namun Kemenkop dan UKM tetap menggulirkan program kewirausahaan
bertajuk WP di tahun 2016 ini. Caranya, dengan menggandeng tiga bank penyalur
Kredit Usaha Rakyat (KUR), yakni Mandiri, BNI dan BRI.<o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #4b4b4b; font-family: "cambria" , "serif"; font-size: 10.0pt;">Setelah mendapat KUR, para WP itu akan mendapat pendampingan dan
binaan dari bank yang memberikan KUR. Selain itu, WP juga akan diberikan
pelatihan dan pendidikan perkoperasian. <strong>(Kompas)>**</strong><o:p></o:p></span></div>
katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-8169444282641306292016-07-02T20:29:00.002-07:002016-07-02T20:29:58.872-07:00Mudik dan Pembangunan Desa<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Mudik bukanlah
fenomena khas Indonesia. Di negara negara Asia Selatan (India, Pakistan,
Banglades) dan Timur (Tiongkok), tradisi mudik
juga menampilkan gambaran yang luar biasa. Momentumnya sama : hari raya
atau hari besar. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Jumlah pemudik tahun
2016 diperkirakan mencapai 20 juta jiwa. Banyak moda transportasi yang
digunakan pemudik. Bagi Indonesia sebagai negara kepulauan, moda transportasi
tidak hanya moda darat dan udara tetapi juga moda laut dan bahkan moda sungai.
Maka kekhasan pemudik Indonesia adalah ragamnya moda yang digunakan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Ekonomi mudik tidak
sekedar pergerakan orang, tetapi juga bergerakan barang dan uang. Khusus uang tunai telah diprediksi oleh Bank
Indonesia sekitar Rp. 160 trilyun untuk kebutuhan puasa dan tahun baru pada
tahun 2016. Jumlah ini melonjak dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp. 140
trilyun. Jika dilihat dari sebarannya,
sudah pasti Jawa menempati posisi tertinggi (33%) dan terendah ada di kalimantan (7%).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Dilacak dari asal
usulnya mudik sendiri konon singkatan dari “muleh disik” (pulang sebentar). Jadi mudik sebenarnya adalah perjalanan
kembali ke rumah/asal usul. Juga
terdapat kependekan dari “muleh ke udik”
atau pulang ke kampung/ desa. Dalam
bahasa geografi, mudik masuk dalam ranah
migrasi penduduk. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Tradisi mudik memberikan
dampak yang luar biasa terhadap aspek sosial, ekonomi dan budaya. Secara
sosial, mudik memperkuat rasa solidaritas ‘sekampung’. Secara ekonomi, mudik meningkatkan peredaran
uang di daerah dan bahkan desa. Ketiga, mudik juga menjadi insentif bagi orang sekampung untuk bertemu dengan nilai nilai luar yang dibawa
pemudik, termasuk teknologi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Secara individual
dan bahkan kolegial, mudik menjadi sarana untuk mobilitas vertikal individu
maupun keluarga. Pemudik adalah penduduk
desa yang bergerak ke kota. Umumnya
migrasi memiliki motif ekonomi. Sayangnya kota tidak selalu ramah dengan
penduduk desa. Tidak semua mereka yang ke kota dapat mencapai harapannya,
tetapi juga banyak penduduk desa yang berhasil setelah mereka pindah ke
kota. Mereka yang berhasil menjadi bahan
cerita dan mendorong penduduk, khususnya penduduk desa, pergi ke kota. Terus
siklus ini bergerak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<u><span style="font-size: 12.0pt;">Peluang Desa<o:p></o:p></span></u></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Arus mudik adalah
arus informasi dan uang. Desa pemudik dapat menangkap peluang ini menjadi
kekuatan dalam menggerakkan pembangunan desa. Tentu saja aparat pemerintah desa,
kelembagaan masyarakat desa, dan kader kader desa yang masih setia di desa
membutuhkan kerja cerdas dan kreatifitas tinggi untuk memanfaatkan informasi
dan dana yang masuk ke desa.**<o:p></o:p></span></div>
katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-19680237206923964982016-05-07T00:54:00.004-07:002016-05-07T00:58:37.619-07:00Masa Depan Milik Kami<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq_05409qLXHxkPzyNHuAaN1o5tuHVzuZj7ERBslcxzgvD8c52QlxR5ZKNMemOgSYYXzXTYRSqAQD9enlGMoKVJ368HYfOvBdkGTsLO4C-TyWczfvphzES8nKmPIk4Qph5nQTNSaPN-t0l/s1600/kami_masa_depan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="520" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq_05409qLXHxkPzyNHuAaN1o5tuHVzuZj7ERBslcxzgvD8c52QlxR5ZKNMemOgSYYXzXTYRSqAQD9enlGMoKVJ368HYfOvBdkGTsLO4C-TyWczfvphzES8nKmPIk4Qph5nQTNSaPN-t0l/s640/kami_masa_depan.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
"Selamat Pagi, Bapak,..." begitu sapa anak anak desa Yokatapa, Kec. Sugapa, Papua. Inilah masa depan Papua. Anak anak pemilik masa depan yang harus senantiasa dirawat untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran Papua. Perubahan politik, titik temu budaya dan pergeseran ekonomi membutuhkan manusia manusia berkualitas untuk hidup lebih sejahtera; dan anak anak ini adalah benih masa depan.....katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-45213141516114667292016-04-24T19:32:00.002-07:002016-04-24T19:33:15.482-07:00Penampung Hasil Pertanian "Desa Gunung" Papua<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrchJN10sdvu4n4uHBqxjBgnfoO7GK0j-RxqsMoH8EehbsQx2AbUBpsa3GAvWqxuMw3eBjjEpXMXMloKBBmw75aeqqGqLpWoly9q1Ki8Djh_zHLrpxB8XfW9OBg-vOfz_p1eHuwgKPdLv7/s1600/pasarbilogai.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrchJN10sdvu4n4uHBqxjBgnfoO7GK0j-RxqsMoH8EehbsQx2AbUBpsa3GAvWqxuMw3eBjjEpXMXMloKBBmw75aeqqGqLpWoly9q1Ki8Djh_zHLrpxB8XfW9OBg-vOfz_p1eHuwgKPdLv7/s640/pasarbilogai.jpg" width="640" /></a></div>
Tidak jauh dari bandara Bilogai, Intan Jaya, Papua, berdiri bangunan sebagai pusat penampung hasil hasil pertanian dari penduduk desa Bilogai dan sekitarnya. Transaksi tidak terjadi setiap hari, namun keberadaan penampung itu sangat berguna bagi penduduk desa gunung itu. Melalui penampung itu menjadi titik masuk arus uang beredar di desa pegunungan.katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-12011063111824072902016-04-11T19:53:00.003-07:002016-04-11T20:04:17.281-07:00Swadaya Kampung Pos, Desa Bojonggede<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbzsQlef9LRsjm9skITbL5CHsqywHaZoleT8lD9sisjW6bKqUfJ2FVy1FRIK3LzjLNBTdSY9Pudh9woB4JfPqV19iqtetw8J-5LlCyrLyNrsTvzFZPqIzx2kLnc06CbO874PkRBFpj1695/s1600/20160412_081333.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><br /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbzsQlef9LRsjm9skITbL5CHsqywHaZoleT8lD9sisjW6bKqUfJ2FVy1FRIK3LzjLNBTdSY9Pudh9woB4JfPqV19iqtetw8J-5LlCyrLyNrsTvzFZPqIzx2kLnc06CbO874PkRBFpj1695/s1600/20160412_081333.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><br /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbzsQlef9LRsjm9skITbL5CHsqywHaZoleT8lD9sisjW6bKqUfJ2FVy1FRIK3LzjLNBTdSY9Pudh9woB4JfPqV19iqtetw8J-5LlCyrLyNrsTvzFZPqIzx2kLnc06CbO874PkRBFpj1695/s1600/20160412_081333.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><img border="0" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbzsQlef9LRsjm9skITbL5CHsqywHaZoleT8lD9sisjW6bKqUfJ2FVy1FRIK3LzjLNBTdSY9Pudh9woB4JfPqV19iqtetw8J-5LlCyrLyNrsTvzFZPqIzx2kLnc06CbO874PkRBFpj1695/s400/20160412_081333.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
<br />
<br />
Desa Bojonggede, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor menjadi desa dengan wajah perkotaan. Indeks Desa Membangun (IDM) yang digunakan untuk penetapan status dan perkembangan desa dari Kementerian Desa, posisi Desa Bojonggede memiliki predikat desa "Maju". Wajar saja karena letak geografis desa yang berdekatan dengan Ibukota Jakarta. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Desa dengan karakteristik perkotaan ini masih memiliki potensi atau daya untuk menggerakkan keswadayaan. Melalui program penanganan kawasan kumuh perkotaan (PSKKP), sebagai bentuk program yang berganti dari program PNPM Perkotaan (P2KP), salah satu lokasi yang biasa disebut Kampung Pos berhadil memobilisasi dana +/- Rp. 16 juta. Dengan dana Rp. 51 juta berhasil membangun prasarana fisik sepanjang 163 m. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPae702pDQiQw57NeVAvBXKdTxasN2pHCH9ygJC-InPm3FNykiJW5VP2XHozfiaoEUPz_4WtPB-rJBJOHcbiE_O_nJYo8-kXeie7VvjZq9NWADg7zg839O35B2yEbjV-GcOcaOmnTtFHEr/s1600/jalanboge_2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPae702pDQiQw57NeVAvBXKdTxasN2pHCH9ygJC-InPm3FNykiJW5VP2XHozfiaoEUPz_4WtPB-rJBJOHcbiE_O_nJYo8-kXeie7VvjZq9NWADg7zg839O35B2yEbjV-GcOcaOmnTtFHEr/s400/jalanboge_2.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Tentu saja prasarana jalan ini jauh dari kebutuhan. Namun Prasarana ini cukup membuat nyaman penduduk yang lalu lalang ke stasiun kereta api Bojonggede ( <i>disebut Kampung Pos, karena tigapuluh tahun lalu, penduduk jika akan ke stasiun menyebutnya " pergi ke Pos"</i>. Dan tentu saja semakin enak dilihat. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-86145958508068429292016-04-10T17:00:00.001-07:002016-04-10T17:00:39.799-07:00Denyut Pembangunan Papua <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ketimpangan pembangunan antar wilayah dan kesejahteraan
penduduk bukanlah isu baru yang senantiasa menjadi isu tak kunjung padam.
Ukuran ketimpangan yang sederhana, indeks gini misalnya, memberikan sinyal
yang mendebarkan bagi banyak kalangan. Sejak tahun 2005, Indeks Gini Indonesia
konsisten meningkat dari 0,363 (2005)
menjadi 0,413 (2013), dan masih
pada kisaran 0,41 pada Maret 2015 (BPS, 2016). BPS mengingatkan angka 0,4
adalah petanda lampu kuning. Ketimpangan yang meningkat berarti terdapat perbedaan penerima manfaat atas
pembangunan, dan menjadi petanda
perbedaan yang semakin menyolok aksesibilitas
antara kelompok penduduk. </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ketimpangan yang “sudah” melampai batas aman ini tentunya
menjadi</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">peringatan dini</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">bagi pemerintah. </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Lebih utama ketika</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">pembangunan disandingkan</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">antara</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">
</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">wilayah.</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Pulau Papua yang</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">terdiri dari dua provinsi, senantiasa berada
pada posisi</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">terbawah</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">ketika</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">
</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">berbicara tentang kemakmuran dan kesejahteraan wilayah dan penduduk.
Untuk ukuran kualitas hidup penduduk, misalnya, diukur dari Indek Pembangunan
Manusia berada pada pada posisi buncit </span><i style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">(lihat
tabel 1).</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold";">TABEL
1. <o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold";">Perkembangan
IPM berdasarkan Pulau Besar, 2010 - 2014<o:p></o:p></span></b></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 1.0in; mso-padding-alt: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184; width: 458px;">
<tbody>
<tr style="height: 14.05pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;">
<td nowrap="" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 14.05pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 86.7pt;" width="116"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">PULAU<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td nowrap="" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 14.05pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2010<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td nowrap="" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 14.05pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2011<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td nowrap="" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 14.05pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2012<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td nowrap="" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 14.05pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2013<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td nowrap="" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 14.05pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2014<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 14.05pt; mso-yfti-irow: 1;">
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 86.7pt;" width="116"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sumatra<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">66.61<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">67.11<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">67.68<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">68.36<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">68.85<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 14.05pt; mso-yfti-irow: 2;">
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 86.7pt;" width="116"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Jawa + Bali<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">68.43<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">69.07<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">69.66<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">70.30<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">70.82<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 14.05pt; mso-yfti-irow: 3;">
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 86.7pt;" width="116"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kalimantan<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">66.11<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">66.66<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">67.34<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">68.02<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">68.55<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 14.05pt; mso-yfti-irow: 4;">
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 86.7pt;" width="116"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sulawesi<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">64.25<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">64.98<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">65.59<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">66.16<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">66.73<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 14.05pt; mso-yfti-irow: 5;">
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 86.7pt;" width="116"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Maluku<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">63.53<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">63.97<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">64.68<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">65.44<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">65.96<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 14.05pt; mso-yfti-irow: 6;">
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 86.7pt;" width="116"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Nusa Tenggara<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">60.19<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">61.19<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">61.90<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">62.72<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">63.29<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 14.05pt; mso-yfti-irow: 7;">
<td nowrap="" style="background: #D8E4BC; height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 86.7pt;" width="116"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Papua<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="background: #D8E4BC; height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">57.03<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="background: #D8E4BC; height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">57.46<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="background: #D8E4BC; height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">57.93<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="background: #D8E4BC; height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">58.58<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="background: #D8E4BC; height: 14.05pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">59.02<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 14.05pt; mso-yfti-irow: 8; mso-yfti-lastrow: yes;">
<td nowrap="" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 14.05pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 86.7pt;" width="116"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Indonesia<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 14.05pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">66.53<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 14.05pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">67.09<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 14.05pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">67.70<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 14.05pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">68.31<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td nowrap="" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.0pt; height: 14.05pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 51.4pt;" width="69"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-size: 8.0pt; mso-bidi-font-family: Arial; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">68.90<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;">Sebagai contoh lima tahun terakhir (2010 – 2014) Rata rata Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Pulau Papua sangat sedikit
bergerak. Bahkan terjadi penurunan
kualitas hidup bila dibandingkan dengan kesenangan hasil/capaian IPM Pulau Papua dengan IPM secara nasional. Tabel 1.
Memperlihatkan terdapat selisih antara IPM Indonesia dengan Papua
sebesar 9,51 pada tahun 2010 (66.52 – 57.03); selanjutnya pada tahun 2014
selisih capaian membesar menjadi 9.89.
Semakin melebarnya selisih terjadi divergensi pembangunan antara pembangunan
nasional dengan pembangunan regional Papua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;">Belum lagi ketika fakta fakta tentang kemiskinan disajikan tentang
kemiskinan. Tingkat kemiskinan nasional adalah 11,3% pada tahun 2015, sementara
itu Pulau Papua masih ditemukan 25,73% (Papua Barat) dan 28,4% (Papua) pada tahun yang sama.
Padahal secara demografis, jumlah penduduk papua, masih relatif rendah dengan
tingkat sebaran yang lebar. Melalui RPJMN 2015 2019, tingkat kemiskinan papua
pada tahun 2019 ditargetkan menjadi 20,6%. Ini berarti terdapat 7,8% selama lima tahun atau rata rata 1.56% pertahun terjadi penurunan kemiskinan
bagi Papua. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;">Secara kewilayahan, dilihat
berdasarkan desa-kota, dari jumlah desa
6.269 desa (BPS, 2014) tidak satu pun
desa yang memiliki status desa mandiri berdasarkan Indeks Desa Membangun 2015
yang ditetapkan oleh Kementrian Desa. Sedangkan desa maju 12 desa, desa
berkembang adalah 171 desa, desa tertinggal adalah 1.126 desa, dan desa sangat
tertinggal adalah 4.960 desa (Lihat lampiran 1). Jelas ini bukan pekerjaan yang
mudah mengingat Papua memiliki karakteristik geografis/topografis, karakter
budaya dan psikologi sosial yang beragam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;">Selain itu, dari sisi perekonomian
nasional, kontribusi perekonomian
Papua masih berkisar 2,2% pada tahun
2015; dan masih didominasi oleh kontribusi Jawa sebesar 58%. Struktur
perekonomian masih didominasi oleh sektor primer/ektraktif seperti pertanian
dan pertambangan. Meningkatkan nilai tambah perekonomian menuntut kesiapan
sumber daya manusia yang handal dan dukungan prasarana dan sarana yang memadai. Di sinilah tantangannya, termasuk sumber
sumber pembiayaan dari Pusat dan Daerah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;">Sekelumit fakta ini menjadi buah pertanyaan : kemana denyut pembangunan itu? Kita bisa
berseloroh itu kan data sebelum 2014. Bagaimana nasib
masyarakat Papua ke depan?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<u><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;">Tema Pokok Pembangunan dalam RPJMN 2015 - 2019<o:p></o:p></span></u></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;">Papua masih dihadapkan pada persoalan kemiskinan, kualitas hidup manusia
yang rendah, sumber daya alam yang tidak
terkelola untuk kemakmuran rakyat papua, infrastruktur yang buruk. Isu isu itu telah direspon oleh Kabinet Kerja
yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Cambria;">Tujuan pengembangan Wilayah Papua tahun 2015-2019
adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Papua untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat Papua melalui percepatan dan perluasan pembangunan
Wilayah Papua dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah yang berbasis
kesatuan adat melalui: (a) pemenuhan kebutuhan dasar dan ketahanan hidup yang
berkelanjutan, serta pemerataan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan perumahan
rakyat yang terjangkau, berkualitas, dan layak, (b) pengembangan kemandirian
ekonomi berkelanjutan berbasis wilayah adat khususnya di Provinsi Papua melalui
pengembangan industri kecil dan menengah
dibidang pertanian berbasis komoditas lokal, pengembangan perkebunan dan
pertanian tanaman non-pangan, Pengembangan kemaritiman yaitu industri perikanan
dan pariwisata bahari; pengembangan potensi budaya dan lingkungan hidup, yaitu
pariwisata budaya, cagar alam dan taman nasional; dan pengembangan hilirisasi
komoditas minyak, gas bumi dan tembaga. (c) penyediaan infrastruktur yang
berorientasi pelayanan dasar masyarakat maupun peningkatan infrastruktur yang
berorientasi pengembangan investasi dan pengembangan komoditas, serta (d)
peningkatan SDM dan Ilmu dan teknologi secara terus-menerus.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;">Dibawah Kabinet Kerja tahun 2015 –
2019 telah memberikan prioritas program pembangunan yang mencakup :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li><span style="font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Percepatan pengembangan industri berbasis komoditas lokal yang
bernilai tambah di sektor/subsektor pertanian, perkebunan, peternakan dan
kehutanan;</span></li>
<li><span style="font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Percepatan pengembangan ekonomi kemaritiman melalui pengembangan
industri perikanan dan parawisata bahari;</span></li>
<li><span style="font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Percepatan pengembangan pariwisata budaya dan alam melalui
pengembangan potensi sosial budaya dan keanekaragaman hayati;</span></li>
<li><span style="font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Percepatan pengembangan hilirisasi industri pertambangan, minyak, gas
bumi dan tembaga;</span></li>
<li><span style="font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Peningkatan kawasan konservasi dan daya dukung lingkungan untuk
pembangunan rendah karbon; serta</span></li>
<li><span style="font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dan masyarakat;</span></li>
<li><span style="font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Pengembangan kawasan ekonomi inklusif dan berkelanjutan berbasis
wilayah kampung masyarakat adat, melalui percepatan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia Papua yang mandiri, produktif dan berkepribadian.</span></li>
</ol>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Adapun sasaran
pengembangan Wilayah Papua pada tahun 2015- 2019, dalam rangka </span><b style="font-size: 12pt;">percepatan dan perluasan pengembangan
ekonomi Wilayah Papua</b><span style="font-size: 12pt;">, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah
pengembangan 2 kawasan ekonomi khusus, 1 kawasan industri, pengembangan 5
kawasan adat dan pusat-pusat pertumbuhan penggerak ekonomi daerah pinggiran
lainnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Cambria;">Untuk <b>mengurangi kesenjangan antarwilayah</b> di Wilayah
Pulau Papua dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 9
Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran </span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Italic";">outcome</span></i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Cambria;">: (a) meningkatkan
rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal menjadi 9,5 persen di tahun
2019; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi
rata-rata 22,63 persen di tahun 2019; (c) meningkatnya Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar rata-rata 61,40 pada tahun 2019.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Cambria;">Untuk mendorong
pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan di Papua akan dilakukan optimalisasi
peran 2 kota otonom berukuran sedang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, pusat
pelayanan primer, dan <i>hub</i> untuk Pulau
Papua dan Maluku dalam bentuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai pendukung
pengembangan kawasan perbatasan negara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Cambria;">Sesuai dengan amanat UU
6/2014 tentang Desa, maka akan dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran
berkurangnya jumlah desa tertinggal sedikitnya 340 desa atau meningkatnya
jumlah desa mandiri sedikitnya 140 desa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Cambria;">Untukn meningkatkan
keterkaitan desa-kota, dengan memperkuat 4 pusat pusat pertumbuhan sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Sedangkan untuk mewujudkan
kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing,
dan aman, akan dikembangkan 3 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai
pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong
pengembangan kawasan sekitarnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Cambria;">Pelaksanaan Otonomi
Daerah di Wilayah Papua ditunjukkan dengan: (1) Meningkatnya proporsi
penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 10 persen untuk propinsi dan 7
persen untuk kabupaten/kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD
propinsi sebesar 35 persen dan untuk Kabupaten/Kota sebesar 35 persen pada
tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya jumlah
daerah yangmendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 2 provinsi
dan 20 kabupaten/kota di wilayah Papua; (4) Meningkatnya kualitas dan proporsi
tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 50 persen dan S2-S3
sebesar 5 persen; (5) Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat
manajemen</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Cambria;">pembangunan,
kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Papua sebesar 30 angkatan;
(6) Terlaksananya evaluasi otsus dan pembenahan terhadap kelembagaan, aparatur,
dan</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Cambria;">pendanaan pelaksanaan otsus; (7) Terlaksananya sinergi perencanaan dan
penganggaran di wilayah Papua (dengan proyek awal Provinsi Papua); (8)
Meningkatnya implementasi pelaksanaan</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Cambria;">SPM di daerah, khususnya pada pendidikan,
kesehatan dan infrastruktur; (9) Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 40
persen; (10) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan
peran gubernur sebagai wakil pemerintah; (11) terlaksananya sistem monitoring
dan evaluasi dana transfer secara </span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Italic";">on-line </span></i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Cambria;">di wilayah Papua; (12)
Terlaksananya penguatan kelembagaan Badan Percepatan Pembangunan Kawasan Papua
dan Papua Barat.</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Cambria;">Sasaran penanggulangan bencana
di Wilayah Papua adalah mengurangi Indeks Risiko Bencana pada 10 kabupaten/kota
sasaran (Kota Jayapura, Kota Sorong, Kota Manokwari, Kabupaten Merauke, Sarmi,
Yapen, Nabire, Raja Ampat, Teluk Bintuni dan Biak Numfor) yang memiliki indeks
risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai PKN, PKW, Kawasan Industri
maupun pusat pertumbuhan lainnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<u><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;">Memahami Papua, Menggerakkan Papua<o:p></o:p></span></u></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;">Rencana rencana pembangunan di atas yang disusun secara nasional tidaklah
semudah implementasinya. Kita perlu ingat bahwa pembangunan pada esensinya
adalah pembebasan dari segala bentuk belenggu, baik struktural maupun kultural,
untuk menempatkan manusia secara bermartabat. Rumus lama ini senantiasa
didengungkan namun sulit untuk diterjemahkan ke dalam praksis pembangunan. Membangun Papua dimulai dari rakyat papua; dari sejarah, pengalaman, nilai
nilai budaya dan psikologis papua. Pembangunan
Papua tidak semata mata wajah ekonomi , melainkan pembangunan utuh dalam
konteks ruang sosial <i>(social space). </i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Cambria\,Bold"; mso-bidi-font-weight: bold;">Penggerak utama pembangunan didasarkan pada insentif kultural (budaya), insentif
sosial dan insentif ekonomi. Ketiganya
menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan.
Mengabaikan yang satu akan menggagalkan bangunan keseluruhan. Apakah strategi dan program serta langkah
langkah yang diambil oleh Pusat ( sebagaimana terdapat dalam dokumen RPJMN 2015
– 2019) akan tepat sasaran dan memenuhi kehendak masyarakat Papua? ( @bambangwl).<o:p></o:p></span></div>
katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-90485912437089481542016-04-07T03:04:00.000-07:002016-04-10T21:31:57.480-07:00Situasi Desa Desa Kita : Ironi Tanpa Tindakan <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgorxoud8Jv1w2IX-CODvRwA9Iih9yLi16MkJyAFC_ELoh-K_r6XjX_DjzkmlJkLa7o-TnIYjG6oXwxZqbDtu-pROLTCcap_X6l4LL_4WQIEC4xWqxwr-5xtvdjYPT_HX38Ac-HpbQYAEZZ/s1600/petanudesa.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgorxoud8Jv1w2IX-CODvRwA9Iih9yLi16MkJyAFC_ELoh-K_r6XjX_DjzkmlJkLa7o-TnIYjG6oXwxZqbDtu-pROLTCcap_X6l4LL_4WQIEC4xWqxwr-5xtvdjYPT_HX38Ac-HpbQYAEZZ/s640/petanudesa.png" width="640" /></a></div>
<br />katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-72708608380151936522016-04-04T19:29:00.001-07:002016-04-04T19:30:57.334-07:00Ketimpangan Pembagian Kue Pembangunan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgapcDlHih6iaRPv1STLRv-89dHL_7rzxCm1OtI5TWusnF7tHh_N5utRVV3yI9l3NCrg8PIauKctZGZym64YKq9GbalN_xV7XJBYdymmK_yWO9GiygRTpHKG954TE_LJi4R_BbZFcdu_McK/s1600/DISTRIBUSI_PENDAPATAN_2005_2015.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgapcDlHih6iaRPv1STLRv-89dHL_7rzxCm1OtI5TWusnF7tHh_N5utRVV3yI9l3NCrg8PIauKctZGZym64YKq9GbalN_xV7XJBYdymmK_yWO9GiygRTpHKG954TE_LJi4R_BbZFcdu_McK/s400/DISTRIBUSI_PENDAPATAN_2005_2015.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Kendati pembangunan telah berumur empat dekade lebih, problem ketidakadilan masih menjadi produk pembangunan. Ketidakmampuan untuk belajar dari masa lalu harus disadari.katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-36075694360610713582016-03-29T02:03:00.000-07:002016-03-29T02:05:59.124-07:00Yang Tertinggal, Terdepan dan TerluarApakah desa kami masih menjadi bagian dari NKRI?” tanya seorang pemuda Pulau Wetar, Kecamatan Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya. Setelah 70 tahun Indonesia merdeka, rezim pemerintah silih berganti dengan segudang janji, tetapi kawasan itu tetap tertinggal dari derap pembangunan.
Sebagai gugus pulau di garis depan Nusantara, ia jadi teras NKRI. Namun, kondisinya kontras dengan tetangga, Timor Leste. Panorama alamnya indah nan eksotis, tetapi nasibnya tragis. Akses transportasi bisa dihitung dengan jari. Fasilitas dan layanan publik minim. Listrik terbatas. Sinyal seluler hanya menjangkau ibu kota kecamatan.
Lain lagi kisah warga Tiong Ohang, Kecamatan Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Bersama sejumlah desa lain yang terpencil dan terisolasi di tapal batas Serawak, mereka pernah mengancam akan mengibarkan bendera Malaysia.
Warga perbatasan merasa seperti anak tiri. Kondisi mereka tak pernah berubah karena minimnya perhatian pemerintah. Infrastruktur terbatas, menuju kawasan itu harus lewat sungai berjeram atau helikopter. Pasokan kebutuhan bergantung pada pasang surut Sungai Mahakam dengan harga melambung. Televisi dan radio hanya menangkap siaran dari Malaysia.
Sejak Indonesia berdaulat 17 Agustus 1945, warga baru merasa merdeka 69 tahun kemudian: merdeka dari keterbatasan komunikasi yang membelenggu pada pertengahan Desember 2014 setelah berdirinya pemancar sinyal seluler.
Ketidakadilan geografis
Derita ketimpangan pembangunan timbul tenggelam seperti lagu lama yang diputar kembali. Takdir geografi kemiskinan senantiasa jadi dalil klasik gagalnya pemerataan, ibu kandung ketertinggalan dan keterbelakangan. Semangat membangun dari pinggiran sebagai agenda prioritas Nawacita bak embusan angin segar di tengah kemarau panjang. Sejauh mana komitmen dan praktik ”kehadiran negara”, masih harus harus dibuktikan, tak sekadar pembangunan tol, bendungan, dan pembagian kartu.
Hipotesis penjara geografi bahwa penentu kemajuan atau keterbelakangan sebuah bangsa disebabkan faktor geografi, iklim, penyakit, atau budaya sejatinya telah runtuh (Acemoglu dan Robinson, 2012). Sejarah mencatat tidak ada korelasi langsung antara geografi dan sukses gagalnya pembangunan. Pelajaran dari Jerman Timur vs Jerman Barat di masa silam; Korea Utara vs Korea Selatan; Nogales, Arizona, AS vs Nogales, Sonora, Meksiko bisa dijadikan teladan.
Penyebab kemiskinan dan kemakmuran yang menentukan negara maju atau gagal bukan tanahnya atau para pendirinya, melainkan pelembagaan ekonomi politik yang diciptakan. Pelembagaan ekonomi dan politik inklusif menjadi tantangan bagaimana interaksi kekuatan ekonomi, politik, dan pilihan kebijakan bersinergi membawa perubahan dan inovasi progresif sesuai harapan.
Sebuah negara menjadi miskin bukan lantaran kondisi geografi, melainkan para pemimpinnya tak tahu kebijakan apa yang tepat untuk memberdayakan warga. Kemakmuran dan kemiskinan ditentukan insentif kebijakan yang mendukung kemakmuran, menciptakan dampak positif sekaligus mencegah dominasi elite dan sistem yang korup.
Pemerintah korup yang dikuasai segelintir elite sering kali gagal dalam memberikan layanan publik yang memadai karena tidak ada kesetaraan yang diikuti dengan ketimpangan. Transformasi struktural sangat diperlukan karena semua orang dari berbagai kalangan harus mendapat kesempatan yang sama untuk memperbaiki kehidupan ekonomi, mendapat akses layanan publik, serta mendayagunakan kemampuan inovatif.
Gagasan dan kebijakan ekonomi yang baik sulit dicapai tanpa ada transformasi politik secara fundamental. Lagi-lagi, masalahnya berakar pada kemauan politik. Dalam bahasa gaulnya, ”Ini politik, Bung!” Atau menyitir Dani Rodrik, ”It’s the politics, stupid!”
Relasi kutub pusat-pinggiran, maju-terbelakang, modern-tradisional, metropolis-satelit tak lepas dari dominasi ideologi dan kepentingan politik. Dalam konteks pembangunan, terjadi pertukaran yang tidak seimbang. Pinggiran tidak punya kekuatan untuk memperjuangkan pemerataan manfaat pembangunan, sementara pusat mendominasi sehingga berujung pada eksploitasi, pelestarian ketimpangan, dan ketidakadilan.
Dengan kendali politik, hegemoni pusat menindas bahkan dengan sengaja memiskinkan mereka yang di pinggiran sekaligus mencaplok surplus ekonomi untuk melanggengkan kepentingannya. Hiruk-pikuk globalisasi tak serta-merta meruntuhkan tembok dikotomi pusat-pinggiran. Relasi pusat-pinggiran, rural-urban, desa-kota lebih kental muatan politisnya terkait teritorial, sentralisasi kekuasaan politik, dan pemusatan penduduk.
Mengejar kemakmuran
Ahmad Erani Yustika dalam ”Desa dan Pulau Harapan” (Kompas, 11/8/2015) dengan bernas menggarisbawahi pentingnya membangun dari pinggiran, meningkatkan produktivitas ekonomi rakyat dan kemandirian ekonomi. UU Nomor 6 Tahun 2014 menempatkan desa sebagai horizon baru, harapan, dan arus utama pembangunan yang menekankan keberdayaan, kemajuan, dan kemandirian warga. Desa yang dulu hanya sebagai obyek kini menjadi subyek, aktor emansipatoris dan partisipatif dalam arena pembangunan nasional.
Jika dicermati, spirit UU tentang Desa sama dengan gagasan Mahatma Gandhi. Pada 1948, Bapak Kemerdekaan India itu meramalkan, ”The future of India lies in its villages. India begins and ends in the villages. If the villages perish, India will perish too.” Dalam suratnya kepada Nehru, Gandhi menggambarkan desa sebagai komunitas kebajikan yang harmonis, mandiri, sederhana, tanpa kekerasan, dan memegang teguh nilai kebenaran.
Empat karakteristik desa, menurut Gandhi, memiliki kemampuan sains dan teknik, layanan kesehatan dan produksi pangan; menghormati manusia dan alam; institusi politik demokratis; serta keterkaitan fisik dan elektronik kawasan pedesaan dengan perkotaan. Desa harus menyediakan akses pendidikan, peluang ekonomi, dan menciptakan pekerjaan yang mendorong perekonomian, bukan semata penumpukan modal. India yang diimpikan adalah komunitas kecil dengan standar gaya hidup dan layanan peradaban modern tanpa harus teralienasi dari industri kapitalisme.
Visi Gandhi tentang bangsa, spiritualitas, dan transformasi sosial dari desa tak pernah diimplementasikan secara luas oleh pemerintah, dari Nehru hingga Modi. Prospek desa kalah dengan gebyar kemilau India baru yang melaju dengan kemajuan teknologi informasi, otomotif, menjamurnya start-up perangkat lunak, bintang-bintang Bollywood, dan konsumen barang mewah.
Warga tak lagi bermigrasi dari desa ke kota di India, tetapi dari Punjab ke Paris, dari Bombay ke New York, atau dari Kalkuta ke London. Belakangan, Narendra Modi sangat berambisi menciptakan kota masa depan, smart city, sebagai kombinasi otak dan teknologi untuk memacu akselerasi pembangunan. Fakta bahwa manusia sekarang telah menjadi spesies urban sulit dibantah. Pertama kali dalam sejarah, separuh populasi dunia sekarang tinggal di kota. Pada 1900 hanya 10 persen, pada 2050 diprediksi mencapai 75 persen.
Zaman berubah. India sekarang bukan India dulu. Pada era kemerdekaan, lebih dari 50 persen perekonomian bergantung pada pertanian. Dengan stagnasi sektor pertanian, petani sulit menggantungkan hidup di desa. Penyusutan lahan secara drastis membuat produktivitas India tertinggal dibandingkan negara berkembang lain, kontras dengan tren pertanian di Jepang dan Korea yang lahan pertaniannya kecil, tetapi terus tumbuh.
Kunci kesejahteraan ekonomi India ada pada akses sumber pendapatan selain pertanian, di mana tiga per empat rumah tangga kaya di desa mendapatkan uang dari sektor jasa. Desa yang terkoneksi dengan areal perkotaan memiliki potensi pendapatan yang makin baik. Penduduk desa bekerja sebagai kuli bangunan di antara musim panen atau membuka usaha kecil. Situasi ini nyaris persis dengan kehidupan di Indonesia.
Perkembangan zaman dengan kecanggihan teknologi informasi tak seketika membinasakan desa. Realitas dan tren perubahan sosial perlu diperhatikan agar agenda membangun dari pinggiran dapat diwujudkan. Masa depan desa yang cerah bagi mereka yang tertinggal, terdepan, dan terluar dalam mengejar kemakmuran (seperti Pulau Wetar, Long Apari, dan ribuan desa di perbatasan) harus jadi prioritas agar mereka merdeka dari keterbelakangan.
Jangan sampai ketertinggalan hanya menjadi komoditas politik. Kita tak perlu malu belajar dari India agar tak ketinggalan.
IMAM CAHYONO, PENELITI SENIOR MAARIF INSTITUTE FOR CULTURE AND HUMANITY (Sumber : Kompas,edisi 29 Agustus 2015 ).katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-52291644529622463122016-03-28T20:47:00.004-07:002016-03-29T01:51:13.239-07:00Konsumsi Susu Di Indonesia dan ASEAN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" height="436" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgY55MFEGh05842JCE__5eRt1tfddFMHThSjMa50oO3-IEhpJHMhLxm61Mg-oOFJiecEUwXu7fLLpiMmXUqTJKMaBUGIm0mNu-dX7I0bW02wKBjCzi9qhC1QIesH_UI7rw4OmbEghxHL8jP/s640/download.png" width="640" /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-kecnoeAPpMnPmJknI7UxRn4APVWiCkMpEfLnS3tCRSSz5TJwKmMSFDuhRtqcKvM2hv99GLCF_euSIPcez4jieFA6cSaTYiym3JJdTLiPOwzDFS5DUjJKSuIQknNE9sowYpf1F_5qF9Gr/s1600/downloadsusu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="439" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-kecnoeAPpMnPmJknI7UxRn4APVWiCkMpEfLnS3tCRSSz5TJwKmMSFDuhRtqcKvM2hv99GLCF_euSIPcez4jieFA6cSaTYiym3JJdTLiPOwzDFS5DUjJKSuIQknNE9sowYpf1F_5qF9Gr/s640/downloadsusu.jpg" width="640" /></a></div>
<br />katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-38303176050141053492016-03-28T17:25:00.001-07:002016-03-29T01:51:44.688-07:00Investor Selandia Baru Incar Pabrik Susu Perah<blockquote class="tr_bq">
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kembali mengidentifikasi minat investasi dari produsen susu ternama Selandia Baru yang berminat menanamkan modalnya di bidang peternakan sapi perah terintegrasi dengan <a href="http://www.lumbungekonomi.blogspot.com/search/label/susu">industri pengolahan susu</a>.
Investor Selandia Baru tersebut melihat perkembangan industri susu di Indonesia sangat baik dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi menjadikan Indonesia pasar yang besar.
Kepala BKPM Franky Sibarani menyampaikan, bahwa salah satu hal yang menjadi concern bagi industri pengolahan susu di Indonesia saat ini adalah ketersediaan susu sapi segar sebagai bahan baku untuk menggantikan bahan baku yang masih banyak diimpor. "Investor Selandia Baru tersebut ingin berinvestasi di bidang peternakan sapi perah dengan tujuan memenangkan pasar dalam negeri dan mengamankan bahan baku bagi industri pengolahan susu yang dimiliki,”jelas Franky dalam Siaran Pers BKPM, Senin (28/3/2016).
Menurut Franky, porsi investasi investor terkait dalam investasi yang masuk dari Selandia Baru cukup besar. Realisasi Investasi dari Selandia Baru sendiri tercatat dalam kurun waktu 2010-2015 sebesar USD38 juta, dimana USD29 juta dari nilai tersebut merupakan angka realisasi investasi dari investor Selandia Baru.“Dengan adanya minat investasi perluasan di bidang usaha peternakan sapi perah ini diharapkan dapat semakin meningkatkan nilai investasi dari Selandia Baru,” jelasnya. (*/Tom)
Sumber : KRJogja</blockquote>
katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-64684701549956210982016-03-28T17:06:00.002-07:002016-03-28T17:07:47.425-07:00Industrialisasi Perdesaan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyRJ8HZgfucaBNhc5oqj-xNVu8fNLNQtwpGjJbr9qkiK1le1gi95Vm0yB_TBxaGdDSlvHGPXqCdj095LkxtB63412Z1LapfgkdFheW3pxFAaGYTH5yNnVl4uDR66reqCOgD6JnSsQFWhhR/s1600/INDUSTRIALISASI+PERDESAAN_bagan.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyRJ8HZgfucaBNhc5oqj-xNVu8fNLNQtwpGjJbr9qkiK1le1gi95Vm0yB_TBxaGdDSlvHGPXqCdj095LkxtB63412Z1LapfgkdFheW3pxFAaGYTH5yNnVl4uDR66reqCOgD6JnSsQFWhhR/s400/INDUSTRIALISASI+PERDESAAN_bagan.png" width="400" /></a></div>
<br />katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-45381854011661093822016-03-27T00:34:00.001-07:002016-03-29T01:54:14.272-07:00Pasar Tradisional vs Pasar Modern <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjmHgJklLaE763LiFteDsMHkRiu0IGgbAMxqrPmfMKwgWMHztYM1_tKeRjZd60G3jt8_ggcYNIEHtUzAf3oQs2U5g5u-i08RP-JvgBY7t6kAAW8OGMu-8rymC_OxdXkhL9hQi6d6RKFmi_/s1600/dualitaspasar_cover.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjmHgJklLaE763LiFteDsMHkRiu0IGgbAMxqrPmfMKwgWMHztYM1_tKeRjZd60G3jt8_ggcYNIEHtUzAf3oQs2U5g5u-i08RP-JvgBY7t6kAAW8OGMu-8rymC_OxdXkhL9hQi6d6RKFmi_/s640/dualitaspasar_cover.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pasar Tradisionl vs Pasar Modern</td></tr>
</tbody></table>
<br />katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-57268097796524320912016-03-19T21:25:00.000-07:002016-03-19T21:25:05.566-07:00Kredit Usaha Rakyat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5cepxLY6NT6AwhNTv9EjcEHPm_pyQcGf8CMhlQH8acXpR9OsYjZNKhsOmSZ6GkljglhwuIJRIUwDaGQKiF97QB7XwExoFYmzAdTCeZgVOtFaz-S2PLhPKT18jkjr0wvKWu2wT3SfXpP-e/s1600/kreditusaharakyat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5cepxLY6NT6AwhNTv9EjcEHPm_pyQcGf8CMhlQH8acXpR9OsYjZNKhsOmSZ6GkljglhwuIJRIUwDaGQKiF97QB7XwExoFYmzAdTCeZgVOtFaz-S2PLhPKT18jkjr0wvKWu2wT3SfXpP-e/s640/kreditusaharakyat.jpg" width="545" /></a></div>
<br />katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-51306003856706240172016-03-02T20:43:00.002-08:002016-03-03T02:31:07.583-08:00Memahami Modal Sosial<div style="text-align: justify;">
Modal sosial diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide, saling kepercayaan dan saling menguntungkan untuk mencapai kemajuan bersama. Penjabaran modal sosial adalah penampilan organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma-norma (atau hal timbal balik), dan jaringan (dari ikatan-ikatan masyarakat), yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Putnam, et al (dalam Suharto, 2007) Definisi Modal sosial adalah kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu dari masyarakat tersebut. Selain itu, konsep ini juga diartikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama. Fukuyama, F.(1995).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fukuyama (1999) menyatakan bahwa modal sosial memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern. Modal sosial merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik dan stabilitas demokrasi, Berbagai permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di berbagai negara determinan utamanya adalah kerdilnya modal sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. Modal sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong, memperparah kemiskinan, dan menghalangi upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. </div>
<div>
<br />
Unsur-Unsur Modal Sosial<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kepercayaan, tumbuhnya sikap saling percaya antar individu dan antar institusi dalam masyarakat; </div>
<div style="text-align: justify;">
Kohesivitas, adanya hubungan yang erat dan padu dalam membangun solidaritas masyarakat </div>
<div style="text-align: justify;">
Altruisme, paham yang mendahulukan kepentingan orang lain; </div>
<div style="text-align: justify;">
Perasaan tidak egois dan tidak individualistik yang mengutamakan kepentingan umum dan orang lain di ataskepentingan sendiri </div>
<div style="text-align: justify;">
Gotongroyong, sikap empati dan perilaku yang mau menolong orang lain dan bahu-membahu dalam melakukan berbagai upaya untuk kepentingan bersama </div>
<div style="text-align: justify;">
Jaringan, dan kolaborasi sosial, membangun hubungan dan kerjasama antar individu dan antar institusi baik di dalam komunitas sendiri/ kelompok maupun di luar komunitas/kelompok dalam berbagai kegiatan yang memberikan manfaat bagi masyarakat. </div>
<br />
Unsur Modal Sosial<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
1. Participation in a network. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kemampuan sekelompok orang untuk melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial, melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas dasar prinsip kesukarelaaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom), dan keadaban (civility). Kemampuan anggota kelompok atau anggota masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Reciprocity. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran terjadi dalam suatu kombinasi jangka panjang dan jangka pendek dengan nuansa altruism tanpa mengharapkan imbalan. Pada masyarakat dan kelompok-kelompok sosial yang terbentuk yang memiliki bobot resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial yang tinggi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Trust. Suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung. Paling tidak, yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 1993). Tindakan kolektif yang didasari saling percaya akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk dan dimensi terutama dalam konteks kemajuan bersama. Hal ini memungkinkanmasyarakat untuk bersatu dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Social norms. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan ini biasanya terinstitusionalisasi, tidak tertulis tapi dipahami sebagai penentu pola tingkah laku yang baik dalam konteks hubungan sosial sehingga ada sangsi sosial yang diberikan jika melanggar. Norma sosial akan menentukan kuatnya hubungan antar individu karena merangsang kohesifitas sosial yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat. Oleh karenanya norma sosial disebut sebagai salah satu modal sosial. </div>
<br />
5. Values. <br />
<div style="text-align: justify;">
Sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat. Nilai merupakan hal yang penting dalam kebudayaan, biasanya ia tumbuh dan berkembang dalam mendominasi kehidupan kelompok masyarakat tertentu serta mempengaruhi aturan-aturan bertindak dan berperilaku masyarakat yang pada akhirnya membentuk pola cultural. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
6. Proactive action. </div>
<div style="text-align: justify;">
Keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan anggota kelompok dalam suatu kegiatan masyarakat. Anggota kelompok melibatkan diri dan mencari kesempatan yang dapat memperkaya hubungan-hubungan sosial dan menguntungkan kelompok. Perilaku inisiatif dalam mencari informasi berbagai pengalaman, memperkaya ide, pengetahuan, dan beragam bentuk inisiatif lainnya baik oleh individu mapun kelompok, merupakan wujud modal sosial yang berguna dalam membangun masyarakat.</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-1546685417026655576" itemprop="description articleBody" style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 562.391px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><br /></span><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit;">Bahan Bahan Pendalaman, silahkan baca :</span><span style="line-height: 1.5;">• Fukuyama, Francis.1995. Trust: Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta: Penerbit Qalam.</span><span style="line-height: 1.5;"> </span><span style="line-height: 1.5;">• Fukuyama, Francis.1999. The End of History and The Last Man: Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal. Yogyakarta: Penerbit Qalam</span><span style="line-height: 1.5;"> </span><span style="line-height: 1.5;">• Hasbullah, Jousairi.2006. Sosial Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia). Jakarta: MR United Press.</span><span style="line-height: 1.5;"> </span><span style="line-height: 1.5;">• Suharto, Edy.2007. Modal Sosial dan Kebijakan Publik. pdf</span></span></div>
</div>
</div>
katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9120570660029435631.post-84070545522744848662016-02-26T21:44:00.004-08:002016-03-05T07:31:16.030-08:00Tantangan Perekonomian DesaTidak ada berita yang menggembirakan ketika desa dilihat dalam konteks perubahan sosial ekonomi ketika imperealisme mulai ekspansi ke bangsa bangsa dan negara di Asia, termasuk nusantara.katalogdesa.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/16977430050184296111noreply@blogger.com